Rabu, 06 Desember 2017

PERILAKU GAYA DASAR KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERILAKU GAYA DASAR KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI KULIAH :
LEADERSHIP

DOSEN PENGAMPU :
FITRI RAHMAWATI, S.E., M.M.



Disusun Oleh :

Khusnul Khotimah (162210064)
Rina Mardiana (162210062)
Eka Yulianti (162210069)
Ririn Yunitasari (162210072)


PROGRAM  STUDI  MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO




BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Pemimpin mempunyai fungsi yaitu menentukan visi, misi, strategi, dan tujuan sistem sosial dan membuat keputusan dalam upaya merealisasikan keempat hal tersebut. menentukan visi, misi, strategi dan tujuan juga dilakukan melalui proses membuat keputusan karenanya dapat dikatakan membuat keputusan merupakan fungsi penting dari kepemimpinan. Semakin tinggi posisi seoang pemimpin makin banyak tugasnya sebagai pembuat keputusan. Inilah sebabnya sejumlah teoritis kepemimpinan menganalisis kepemimpinan dari perspektif pembuat keputusan. teoritis kepemimpinan lainnya, Robert. R. Blake dan Anne Adams McCanse (1991), berpendapat pembuatan keputusan merupakan salah satu elemen dari teori kepemimpinan Gridnya. Menurut mereka melalui pembuatan keputusan sumber-sumber diterapkan pada kinerja.
Para pakar telah menemukan berbagai definisi dan model pembuatan keputusan. Dalam hal ini diperlukan perilaku gaya dasar kepemimpinan untuk mengambil keputusan. Perilaku gaya dasar kepemimpinan ada 4 yaitu : instruksi, konsultasi, delegasi, dan partisipasi. Selain itu, terdapat juga model proses pembuatan keputusan, yang terdiri dari 6 langkah : mengidentifikasi dan menganalisa problem, mengidentifikasi alternatif-alternatif solusi, mengevaluasi alternatif-alternatif, membuat keputusan (memilih satu alternatif terbaik), melaksanakan keputusan dan mengevaluasi hasil serta memberikan balikan.
B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam pengambilan keputusan.
2.    Bagaimana model proses pembuatan keputusan.
3.    Apa saja jenis Pembuatan Keputusan.
4.    Bagaimana aplikasi perilaku pemimpin dalam pengambilan keputusan.


C.      Tujuan Makalah
1.      Mahasiswa dapat memahami bagaimana perilaku gaya dasar dalam pengambilan keputusan, serta mengetahui proses pembuatan keputusan.
2.      Mahasiswa mampu memberikan aplikasi mengenai perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam pengambilan keputusan secara nyata di sebuah organisasi atau perusahaan.


BAB II
MODEL

A.    Perilaku Gaya Dasar Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan

Perilaku seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan terdapat 4 gaya yaitu :
1.      Instruksi (G1) yaitu inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin.
2.      Konsultasi (G2) yaitu pemimpin banyak memberikan pengarahan diikuti oleh komunikasi dua arah dan perilaku mendukung bawahan dengan memperhatikan perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat. Namun, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
3.      Partisipasi (G3) yaitu pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
4.      Delegasi (G4) yaitu pemimpin menyerahkan semua keputusannya pada bawahan sehingga bawahan memiliki kontrol untuk memutuskan bagaimana cara pelaksanaan tugas.
B.     Model Proses Pembuatan Keputusan

1.      Identifikasi dan analisis problem yaitu proses pembuatan keputusan dimulai ketika sistem sosial atau organisasi menghadapai problem yang mengganggu.
2.      Identifikasi alternatif-alternatif solusi, dalam fase ini pemimpin mengidentifikasi berbagai alternatif untuk solusi problem.
3.      Evaluasi alternatif-alternatif, dalam fase ini terdapat dua aktivitas yaitu : menentukan kriteria seleksi alternatif dan mengevaluasi alternatif dengan kriteria seleksi.
4.      Membuat keputusan, yaitu pemimpin memilih satu alternatif terbaik yang memberikan keuntungan tertinggi dengan risiko paling rendah.
5.      Pelaksana keputusan yaitu dalam pembuatan keputusan pemimpin mengikutsertakan pengikutnya sehingga ketika keputusan diambil, komitmen pengikut terhadap keputusan tinggi.
6.      mengevaluasi hasil dan memberikan balikan yaitu aktivitas menilai proses dan pelaksanaan keputusan apakah sesuai dengan yang diharapkan dan melakkan koreksi pelaksanaan jika diperlukan.



BAB III
PEMBAHASAN
Kepemimpinan diadopsi dari bahasa Inggris yaitu leadership. Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang berarti memimpin. Kepemimpinan juga diartikan sebagai suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Kepemimpinan kadangkala juga diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Menurut Robbins dalam Muchlas, kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok menuju pencapaian tujuan kelompok.
A.      Perilaku Gaya Dasar Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Gaya kepemimpinan merupakan norma yang digunakan seorang pemimpin sewaktu mencoba memengaruhi perilaku orang lain seperti gambar di bawah ini. Oleh karena itu, pada hakikatnya poreilaku dasar kepemimpinan yang menmdapat tanggapan para pengikutnya maka 
    
1.      Instruksi       
G1 dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. Ciri-ciri instruksi :
a.       Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan berkaitan dengan seluruh pekerjaan menjadi tanggungjawab pemimpin dan ia hanya memberikan perintah kepada bawahannya untuk melaksankannya,
b.      Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan menjalankan tugas.
c.       Konsultatif pemimpin melakukan pengawasan kerja yang ketat.
d.      Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.
e.       Hubungan dengan bawahan rendah tidak memberikan motivasi kepada bawahannya untuk dapat mengembangkan dirinya secara optimal, karena pemimpin kurang percaya terhadap kemampuan bawahannya.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan instruksi ialah pada kepemimpinan militer karena dalam kepemimpinan milier terdapat sistem rimba, dimana seorang komandan mempunyai wewenang untuk memberikan perintah pada bawahan dan memberikan hukuman pada bawahan apabila printah tidak dilakukan. Begitupun bawahan tidak bisa menyalurkan aspirasi atau pendapat kepada atasan.
2.      Konsultasi
G2 dirujuk sebagai konsultasi karena dalam menggunakan gaya ini pemimpin masih banyak memberi pengarahan dan hampir membuat semua keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyak komunikasi dua arah dan perilaku mendukung dengan berusaha mendengar perasaan bawahan tentang keputusan yang dibuat, serta ide dan saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. Ciri-ciri Konsultasi :
a.       Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan keluhan dari bawahan.
b.      Pemimpin menetukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum setelah melalui proses disfusi dan konsultasi dengan para bawahan.
c.       Penghargaan dan hukuman diberikan kepada bawahan dalam rangka memberikan motivasi kepada bawahan.
d.      Hubungan dengan bawahan baik.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan konsultasi yaitu ketika di sebuah perusahaan terdapat karyawan baru. Karyawan tersebut telah diberi tugas dan pengarahan, tetapi karyawan baru tersebut memiliki pendapat yang berbeda dan dia menyampaikan pendapatnya kepada pimpinan. Pemimpin tersebut mendengarkan pendapat dari si karyawan baru, namun dalam mengambil keputusan, pemimpin tidak dapat langsung menerima pendapat tersebut karena ia harus mempertimbangkan apakah pendapat karyawan baru itu pro atau kontra dengan aturan/kebijakan yang telah diterapkan pada perusahaan tersebut.
3.    Partisipasi
G3 dirujuk sebagai partisipasi karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Pemimpin dan pengikut saling bertukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengarkan. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Ciri-ciri partisipasi :
a.       Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah atau kata lain apabila pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah adanya saran dan pendapat dari bawahan.
b.      Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan pekerjaan.
c.       Hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana yang penuh persahabatan dan saling mempercayai.
d.      Motivasi yang diberikan kepada bawahan tidak hanya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga didasarkan atas pentingnya peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan partisipasi, yaitu di perusahaan OJK, karyawan bersama dengan pimpinan perusahaan melakukan rapat guna melakukan evaluasi terhadap budaya kerja yang ada di perusahaan. Pimpinan memberi kesempatan bagi karyawan untuk memberikan pendapat mengenai bagaimana budaya kerja yang efektif, karena pimpinan setuju dengan pendapat karyawan tersebut, maka pemimpin menyetujui dan menetapkan serta melakukan evaluasi terhadap budaya kerja yang baru.
4.        Delegasi
G4 dirujuk sebagai delegasi karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan bagaimana cara pelaksanaan tugas. Ciri-ciri delegasi :
a.       Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dengan bawahan.
b.      Bawahan mempunyai hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan dan hubungan dengan bawahan rendah.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan delegasi adalah usaha percetakan, dimana pemilik usaha mempercayakan karyawan dalam melakukan pekerjaan, seperti karyawan bebas mendesain undangan atau banner sesuai dengan permintaan konsumen, tanpa harus konsultasi dengan atasan.
B.       Model Proses Pembuatan Keputusan
Model grafis pembuatan keputusan dapat dilihat pada gambar  di bawah. Proses tersebut terdiri dari 6 langkah sebagai berikut.
a.       Identifikasi dan analisis problem
Proses pembuatan keputusan dimulai ketika sistem sosial atau organisasi menghadapi problem yang menmgganggu. Problem adalah ketimpangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada atau  yang sedang terjadi. Problem dapdat dikelompokkan menjadi :
1)      Problem terstruktur. Adalah problem yang pernah terjadi sebelumnya sehingga sudah tersedia informasi mengenia problem, dimengerti dan ada kebijakan, keputusan atau prosedur untuk menanggulanginya.
2)      Problem tidak terstruktur. Adalah problem yang belum pernah terjadi sebelumnya karenanya belum ada informasi, kebijakan, peraturan, prosedur, dan belum punya penagalaman untuk menyeleseikannya.

3)      Problem krisis. Yaitu problem yang terjadi pada situasi krisis dan memerlukan keputusan dengan segera. Jika menghadapi problem krisis, pemimpin harus memepertimbangkan ancaman yang terjadi terhadap organisasi dan anggota organisasi dan membuat keputusan segera untuk menghilangkan ancaman.
4)      Problem nonkrisis. Suatu problem yang terjadi tiadk dalam situasi krisis yang memerlukan keputusan dengan proses biasa karena tanpa tekanan waktu. Sebagian terbesar problem yang dihadapi organisasi sehari-hari adalah problem nonkrisis.
5)      Problem berpeluang. Yaitu problem jika dapat diselesaikan dengan baik akan menimbulkan efek positif atau peluang terhadap sistem sosial. Peluang adalah keadaan yang diharapkan atau keadaan yang menguntungkan di masa yang akan dating.
6)      Problem berisiko. Adalah problem yang dapat menimbulkan risiko-kerugian, bencana, kerusakan atau keadaan negative jika tidak diselesaikan dengan baik. Problem berisiko merupakan kebalikan dari problem berpeluang.
Fase identifikasi dan analisis problem meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Mengidentifikasi dan mengenal problem.
2.      Mendefinisikan problem secara operasional.
3.      Mendiagnosa situasi.
b.      Identifikasi alternatif –alternatif  solusi. Dalam fase ini pemimpin mengidentifikasi berbagai alternative untuk solusi problem. Di sini hanya mengumpulkan sebanyak mungkin alternative tanpa menilainya. Sejumlah alternative mungkin merupakan pengalaman masa lalu dan sebagian lagi merupakan hasil kreativitas dan inovasi baru.
c.       Evaluasi alternatif-alternatif. Fase ini terdiri dari :
1.      Menentukan kriteria seleksi alternatif.
2.      Mengevaluasi alternatif dengan kriteria seleksi.
d.      Membuat keputusan.
e.       Melaksanakan keputusan.
f.       Mengevaluasi hasil dan memberikan balikan.
Dalam membuat keputusan ada sejumlah faktor yang perlu diperhatikan oleh pemimpin. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.      Berpikir kritis.
2.      Waktu  membuat keputusan.
3.      Kondisi ketika membuat keputusan.
Kondisi Berisiko
Kondisi Ketidakpastian
Kondisi Kepastian
·         Informasi yang tersedia untuk memahami problem, mengembangkan alternatif dan konsekuensi setiap alternatif akan menghasilkan keluaran yang diharapkan tidak mencukupi.
·         Informasi ada, akan tetapierambigius
·         Informasi yang diperlukan untuk memahami problem, mengembangkan alternatif tidak ada.
·         Semua informasi yang diperlukan untuk memahami problem, mengembangkan alternatif dan memperhitungkan keluaran alternatif tersedia.

4.      Keterbatasan/ hambatan.
5.      Ketergantungan pada pihak lain.
6.      Keahlian dan pengalaman.

C. Jenis Pembuatan Keputusan
1.      Penggolongan
a. Pembuatan keputusan emosional. Pembuatan keputusan emosional adalah pembuatan keputusan yang berdasarkan emosi. Pengambil keputusan hanya menggunakan perasaannya tidak berupaya untuk mencari alternatif-alternatif yang merupakan solusi problem. Solusi hanya apa yang muncul dalam emosi pemimpin, umumnya berdasarkan pendalaman dalam hidupnya. Pengalaman tersebut memberikan kecenderungan untuk mengambil solusi yang selama ini telah dianggap baik dalam menyelesaikan problem yang dihadapinya.
b. Pembuatan keputusan regional. Ialah pembuatan keputusan yang berdasarkan informasi yang objektif dan proses yang logis. Prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan organisasi.
2. Kejelasan problem.
3. Pengambil keputusan kreatif dan inovatif.
4. Pilihan alternatif dilakukan dengan menggunakan kriteria dan pembobotan kriteria.
5. Memilih alternatif dengan nilai tertinggi untuk pencapaian tujuan.
c. Pengambilan keputusan individual. Ialah pembuatan keputusan yang dilakukan sendiri oleh pengambil keputusan tanpa mengikutsertakan orang lain. Keuntungan pembuatan keputusan individual, prosesnya cepat, lebih ekonomis dan tepat dalam keadaan krisis. Akan tetapi, teknik pembuatan keputusan ini dapat menimbulkan konflik ketika keputusan dilaksanakan.
d. Pembuatan keputusan kelompok. Ialah pembuatan keputusan yang dilakukan dalam kelompok. Teknik pembuatan kelompok dapat dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut :
1. Mencari ide (brainstorming).
2. Teknik kelompok nominal (nominal group technique).
3. Teknik Delphi (Delphi technique).
4. Teknik demokrasi.
Jenis Pembuatan Keputusan
Keunggulan
Kelemahan
·         Pembuatan Keputusan Individual
·         Dapat dilakukan dengan cepat
·         Cocok untuk situasi krisis
·         Yang bertanggung jawab jelas
·         Menimbulkan ketidakpuasan di kalangan staf
·         Dapat menimbulkan konflik ketika dilaksanakan
·         Pembuatan Keputusan Kelompok
·         Menyediakan informasi lengkap
·         Menciptakan lebih banyak alternatif
·         Meningkatkan penerimaan solusi
·         Meningkatkan legitimasi
·         Memerlukan waktu lama
·         Sering didominasi oleh kelompok atau orang yang kuat
·         Tekanan untuk sepakat
·         Ambiguitas mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas keputusan
e.       Pembuatan keputusan terprogram (programmed decision). Yaitu pembuatan keputusan yang dapat dilakukan dengan menggunakan standar prosedur operasi rutin. Ciri dari pebuatan  keputusan terprogram adalah sebagai berikut :
·         Programnya terstruktur artinya problrmnya sederhana dan informasinya tersedia lengkap.
·         Problem dan proses pembuatan keputusannya sudah berulang-ulang terjadi sehingga sudah dapat diperhitungkan dan mempunyai pengalaman menyelesaikan.
·         Organisasi sudah mempunyai prosedur operasi standar, peraturan dan kebijakan untuk membuat keputusan.
Di perusahaan, contoh dari pembuatan keputusan terprogram adalah menyelesaikan keluhan pelanggan dan menghadapi pemogokan karyawan. Bagi bisnis pelanggan adalah raja yang menentukan keputusan mengenai produk, harga, promosi dan distribusi produk untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi. Perusahaan yang bonafit umumnya mempunyai prosedur pembuatan keputusan untuk melayani keluhan pelanggan. Pemogokan karyawan telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan dan peraturan menteri mengenai penyelesaian perselisihan pemburuhan. Disisi lain perusahaan yang sudah mapan, mempunyai prosedur menangani pemogokan karyawan. Oleh karena itu, jika terjadi pemogokan karyawan, diselesaikan melalui peraturan dan prosedur tersebut. Pembuatan keputusan terprogram sebagian besar dilakukan oleh manajemen bawah dan manajemen tengah dan hanya sebagian kecil dilakukan oleh manajer puncak.
f.       Pembuatan keputusan tidak terprogram (non programmed decision) ialah pembuatan keputusan yang problemnya unik, belum pernah terjadi. Informasi mengenai problem belum tersedia atau sedikit, peraturan, kebijakan, prosedur operasi standar untuk membuat keputusan belum ada. Jika menghadapi situasi seperti itu pemimpin atau manajer perlu menyusun suatu proses pembuatan keputusan yang unk untuk menyelesaikan problem yang dihadapi.

BAB IV
KESIMPULAN


Perilaku gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan ada 4 terdiri dari instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi. Pada umumnya, pemimpin cenderung menggunakan perilaku partisipasi dalam kepemimpinannya karena dianggap lebih efektif yang dapat menunjang kinerja perusahaan. Akan Tetapi, tidak semua pemimpin menerapkan perilaku gaya dasar kepemimpinan yang partisipasi, karena tergantung pada situasi yang dihadapi. Dalam pengambilan keputusan, terdapat model pembuatan keputusan yang terdiri dari 6 langkah terdiri dari : mengidentifikasi dan menganalisa problem, mengidentifikasi alternatif-alternatif solusi, mengevaluasi alternatif-alternatif, membuat keputusan (memilih satu alternatif terbaik), melaksanakan keputusan dan mengevaluasi hasil serta memberikan balikan.



                                                         DAFTAR PUSTAKA


Thoha, Miftah. 1983. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

 

PERILAKU GAYA DASAR KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERILAKU GAYA DASAR KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI KULIAH : LEADERSHIP DOSEN PENGAMPU : FITRI RAHMAWATI,...