PERILAKU
GAYA DASAR KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MATERI
KULIAH :
LEADERSHIP
DOSEN
PENGAMPU :
FITRI
RAHMAWATI, S.E., M.M.
Disusun Oleh :
Khusnul Khotimah (162210064)
Rina Mardiana (162210062)
Eka Yulianti (162210069)
Ririn Yunitasari (162210072)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemimpin mempunyai
fungsi yaitu menentukan visi, misi, strategi, dan tujuan sistem sosial dan
membuat keputusan dalam upaya merealisasikan keempat hal tersebut. menentukan
visi, misi, strategi dan tujuan juga dilakukan melalui proses membuat keputusan
karenanya dapat dikatakan membuat keputusan merupakan fungsi penting dari
kepemimpinan. Semakin tinggi posisi seoang pemimpin makin banyak tugasnya
sebagai pembuat keputusan. Inilah sebabnya sejumlah teoritis kepemimpinan
menganalisis kepemimpinan dari perspektif pembuat keputusan. teoritis
kepemimpinan lainnya, Robert. R. Blake dan Anne Adams McCanse (1991),
berpendapat pembuatan keputusan merupakan salah satu elemen dari teori
kepemimpinan Gridnya. Menurut mereka melalui pembuatan keputusan sumber-sumber
diterapkan pada kinerja.
Para pakar telah
menemukan berbagai definisi dan model pembuatan keputusan. Dalam hal ini
diperlukan perilaku gaya dasar kepemimpinan untuk mengambil keputusan. Perilaku
gaya dasar kepemimpinan ada 4 yaitu : instruksi, konsultasi, delegasi, dan
partisipasi. Selain itu, terdapat juga model proses pembuatan keputusan, yang
terdiri dari 6 langkah : mengidentifikasi dan menganalisa problem,
mengidentifikasi alternatif-alternatif solusi, mengevaluasi
alternatif-alternatif, membuat keputusan (memilih satu alternatif terbaik),
melaksanakan keputusan dan mengevaluasi hasil serta memberikan balikan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam pengambilan keputusan.
2. Bagaimana
model proses pembuatan keputusan.
3. Apa
saja jenis Pembuatan Keputusan.
4. Bagaimana
aplikasi perilaku pemimpin dalam pengambilan keputusan.
C.
Tujuan
Makalah
1. Mahasiswa
dapat memahami bagaimana perilaku gaya dasar dalam pengambilan keputusan, serta
mengetahui proses pembuatan keputusan.
2. Mahasiswa
mampu memberikan aplikasi mengenai perilaku gaya dasar kepemimpinan dalam
pengambilan keputusan secara nyata di sebuah organisasi atau perusahaan.
BAB
II
MODEL
A. Perilaku Gaya Dasar Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Perilaku
seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan terdapat 4 gaya yaitu :
1. Instruksi
(G1) yaitu inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata
dilakukan oleh pemimpin.
2. Konsultasi
(G2) yaitu pemimpin banyak memberikan pengarahan diikuti oleh komunikasi dua
arah dan perilaku mendukung bawahan dengan memperhatikan perasaan pengikut
tentang keputusan yang dibuat. Namun, pengendalian atas pengambilan keputusan
tetap pada pemimpin.
3. Partisipasi
(G3) yaitu pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan.
4. Delegasi
(G4) yaitu pemimpin menyerahkan semua keputusannya pada bawahan sehingga
bawahan memiliki kontrol untuk memutuskan bagaimana cara pelaksanaan tugas.
B.
Model
Proses Pembuatan Keputusan
1. Identifikasi
dan analisis problem yaitu proses pembuatan keputusan dimulai ketika sistem
sosial atau organisasi menghadapai problem yang mengganggu.
2. Identifikasi
alternatif-alternatif solusi, dalam fase ini pemimpin mengidentifikasi berbagai
alternatif untuk solusi problem.
3. Evaluasi
alternatif-alternatif, dalam fase ini terdapat dua aktivitas yaitu : menentukan
kriteria seleksi alternatif dan mengevaluasi alternatif dengan kriteria
seleksi.
4. Membuat
keputusan, yaitu pemimpin memilih satu alternatif terbaik yang memberikan
keuntungan tertinggi dengan risiko paling rendah.
5. Pelaksana
keputusan yaitu dalam pembuatan keputusan pemimpin mengikutsertakan pengikutnya
sehingga ketika keputusan diambil, komitmen pengikut terhadap keputusan tinggi.
6. mengevaluasi
hasil dan memberikan balikan yaitu aktivitas menilai proses dan pelaksanaan
keputusan apakah sesuai dengan yang diharapkan dan melakkan koreksi pelaksanaan
jika diperlukan.
BAB
III
PEMBAHASAN
Kepemimpinan diadopsi dari bahasa
Inggris yaitu leadership. Leadership berasal dari akar kata to
lead yaitu berupa kata kerja yang berarti memimpin. Kepemimpinan juga
diartikan sebagai suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola
yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan
bersama. Kepemimpinan kadangkala juga diartikan sebagai pelaksanaan otoritas
dan pembuatan keputusan. Menurut Robbins dalam Muchlas, kepemimpinan
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok
menuju pencapaian tujuan kelompok.
A. Perilaku Gaya Dasar Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Gaya kepemimpinan merupakan norma
yang digunakan seorang pemimpin sewaktu mencoba memengaruhi perilaku orang lain
seperti gambar di bawah ini. Oleh karena itu, pada hakikatnya poreilaku dasar
kepemimpinan yang menmdapat tanggapan para pengikutnya
maka
1. Instruksi
G1 dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi
satu arah. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata
dilakukan pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. Ciri-ciri instruksi :
a. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan berkaitan dengan seluruh pekerjaan menjadi
tanggungjawab pemimpin dan ia hanya memberikan perintah kepada bawahannya untuk
melaksankannya,
b.
Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan
menjalankan tugas.
c.
Konsultatif pemimpin melakukan pengawasan kerja yang
ketat.
d.
Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan
yang tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.
e. Hubungan
dengan bawahan rendah tidak memberikan motivasi kepada bawahannya untuk dapat
mengembangkan dirinya secara optimal, karena pemimpin kurang percaya terhadap
kemampuan bawahannya.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan instruksi
ialah pada kepemimpinan militer karena dalam kepemimpinan milier terdapat
sistem rimba, dimana seorang komandan mempunyai wewenang untuk memberikan
perintah pada bawahan dan memberikan hukuman pada bawahan apabila printah tidak
dilakukan. Begitupun bawahan tidak bisa menyalurkan aspirasi atau pendapat
kepada atasan.
2.
Konsultasi
G2 dirujuk sebagai konsultasi karena
dalam menggunakan gaya ini pemimpin masih banyak memberi pengarahan dan hampir
membuat semua keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyak
komunikasi dua arah dan perilaku mendukung dengan berusaha mendengar perasaan
bawahan tentang keputusan yang dibuat, serta ide dan saran mereka. Meskipun
dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin. Ciri-ciri Konsultasi :
a.
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan
oleh pemimpin setelah mendengarkan keluhan dari bawahan.
b.
Pemimpin menetukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan
yang bersifat umum setelah melalui proses disfusi dan konsultasi dengan para
bawahan.
c.
Penghargaan dan hukuman diberikan kepada bawahan dalam
rangka memberikan motivasi kepada bawahan.
d.
Hubungan dengan bawahan baik.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan konsultasi yaitu
ketika di sebuah perusahaan terdapat karyawan baru. Karyawan tersebut telah
diberi tugas dan pengarahan, tetapi karyawan baru tersebut memiliki pendapat
yang berbeda dan dia menyampaikan pendapatnya kepada pimpinan. Pemimpin
tersebut mendengarkan pendapat dari si karyawan baru, namun dalam mengambil
keputusan, pemimpin tidak dapat langsung menerima pendapat tersebut karena ia
harus mempertimbangkan apakah pendapat karyawan baru itu pro atau kontra dengan
aturan/kebijakan yang telah diterapkan pada perusahaan tersebut.
3.
Partisipasi
G3 dirujuk sebagai partisipasi
karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang
secara bergantian. Pemimpin dan pengikut saling bertukar ide dalam pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan
pemimpin adalah secara aktif mendengarkan. Tanggung jawab pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Ciri-ciri
partisipasi :
a. Pemimpin dan
bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
atau kata lain apabila pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah
adanya saran dan pendapat dari bawahan.
b. Pemimpin
memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan pekerjaan.
c. Hubungan
dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana yang penuh persahabatan
dan saling mempercayai.
d. Motivasi
yang diberikan kepada bawahan tidak hanya didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga didasarkan atas pentingnya
peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan
partisipasi, yaitu di perusahaan OJK, karyawan bersama dengan pimpinan
perusahaan melakukan rapat guna melakukan evaluasi terhadap budaya kerja yang
ada di perusahaan. Pimpinan memberi kesempatan bagi karyawan untuk memberikan
pendapat mengenai bagaimana budaya kerja yang efektif, karena pimpinan setuju
dengan pendapat karyawan tersebut, maka pemimpin menyetujui dan menetapkan
serta melakukan evaluasi terhadap budaya kerja yang baru.
4.
Delegasi
G4 dirujuk sebagai delegasi karena
pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai
kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan
didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Bawahanlah yang memiliki
kontrol untuk memutuskan bagaimana cara pelaksanaan tugas. Ciri-ciri delegasi :
a. Pemimpin
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya
mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dengan bawahan.
b.
Bawahan mempunyai hak untuk menentukan langkah-langkah
bagaimana keputusan dilaksanakan dan hubungan dengan bawahan rendah.
Aplikasi perilaku gaya kepemimpinan delegasi adalah usaha
percetakan, dimana pemilik usaha mempercayakan karyawan dalam melakukan
pekerjaan, seperti karyawan bebas mendesain undangan atau banner sesuai dengan
permintaan konsumen, tanpa harus konsultasi dengan atasan.
B. Model Proses Pembuatan Keputusan
Model
grafis pembuatan keputusan dapat dilihat pada gambar di bawah. Proses tersebut terdiri dari 6
langkah sebagai berikut.
a. Identifikasi
dan analisis problem
Proses
pembuatan keputusan dimulai ketika sistem sosial atau organisasi menghadapi
problem yang menmgganggu. Problem adalah ketimpangan antara apa yang seharusnya
dengan apa yang ada atau yang sedang
terjadi. Problem dapdat dikelompokkan menjadi :
1) Problem
terstruktur. Adalah problem yang pernah terjadi sebelumnya sehingga sudah
tersedia informasi mengenia problem, dimengerti dan ada kebijakan, keputusan atau prosedur untuk menanggulanginya.
2) Problem tidak terstruktur. Adalah problem yang belum
pernah terjadi sebelumnya karenanya belum ada informasi, kebijakan, peraturan,
prosedur, dan belum punya penagalaman untuk menyeleseikannya.
3) Problem krisis. Yaitu problem yang terjadi pada
situasi krisis dan memerlukan keputusan dengan segera. Jika menghadapi problem
krisis, pemimpin harus memepertimbangkan ancaman yang terjadi terhadap
organisasi dan anggota organisasi dan membuat keputusan segera untuk
menghilangkan ancaman.
4) Problem nonkrisis. Suatu problem yang terjadi tiadk
dalam situasi krisis yang memerlukan keputusan dengan proses biasa karena tanpa
tekanan waktu. Sebagian terbesar problem yang dihadapi organisasi sehari-hari
adalah problem nonkrisis.
5) Problem berpeluang. Yaitu problem jika dapat
diselesaikan dengan baik akan menimbulkan efek positif atau peluang terhadap
sistem sosial. Peluang adalah keadaan yang diharapkan atau keadaan yang
menguntungkan di masa yang akan dating.
6) Problem berisiko. Adalah problem yang dapat
menimbulkan risiko-kerugian, bencana, kerusakan atau keadaan negative jika
tidak diselesaikan dengan baik. Problem berisiko merupakan kebalikan dari
problem berpeluang.
Fase
identifikasi dan analisis problem meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi
dan mengenal problem.
2. Mendefinisikan
problem secara operasional.
3. Mendiagnosa
situasi.
b.
Identifikasi alternatif –alternatif solusi. Dalam fase ini pemimpin mengidentifikasi berbagai
alternative untuk solusi problem. Di sini hanya mengumpulkan sebanyak mungkin
alternative tanpa menilainya. Sejumlah alternative mungkin merupakan pengalaman
masa lalu dan sebagian lagi merupakan hasil kreativitas dan inovasi baru.
c. Evaluasi
alternatif-alternatif.
Fase ini terdiri dari :
1. Menentukan
kriteria seleksi alternatif.
2. Mengevaluasi
alternatif dengan kriteria seleksi.
d. Membuat
keputusan.
e. Melaksanakan
keputusan.
f. Mengevaluasi
hasil dan memberikan balikan.
Dalam membuat keputusan ada sejumlah
faktor yang perlu diperhatikan oleh pemimpin. Faktor-faktor tersebut antara
lain :
1. Berpikir
kritis.
2. Waktu membuat keputusan.
3. Kondisi
ketika membuat keputusan.
Kondisi
Berisiko
|
Kondisi
Ketidakpastian
|
Kondisi
Kepastian
|
·
Informasi yang tersedia untuk
memahami problem, mengembangkan alternatif dan konsekuensi setiap alternatif
akan menghasilkan keluaran yang diharapkan tidak mencukupi.
·
Informasi ada, akan
tetapierambigius
|
·
Informasi yang diperlukan untuk
memahami problem, mengembangkan alternatif tidak ada.
|
·
Semua informasi yang diperlukan
untuk memahami problem, mengembangkan alternatif dan memperhitungkan keluaran
alternatif tersedia.
|
4. Keterbatasan/
hambatan.
5. Ketergantungan
pada pihak lain.
6. Keahlian
dan pengalaman.
C. Jenis Pembuatan Keputusan
1. Penggolongan
a.
Pembuatan keputusan emosional. Pembuatan keputusan emosional adalah pembuatan
keputusan yang berdasarkan emosi. Pengambil keputusan hanya menggunakan
perasaannya tidak berupaya untuk mencari alternatif-alternatif yang merupakan
solusi problem. Solusi hanya apa yang muncul dalam emosi pemimpin, umumnya
berdasarkan pendalaman dalam hidupnya. Pengalaman tersebut memberikan
kecenderungan untuk mengambil solusi yang selama ini telah dianggap baik dalam
menyelesaikan problem yang dihadapinya.
b. Pembuatan keputusan regional. Ialah pembuatan
keputusan yang berdasarkan informasi yang objektif dan proses yang logis.
Prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan organisasi.
2. Kejelasan problem.
3. Pengambil keputusan kreatif dan inovatif.
4.
Pilihan alternatif dilakukan dengan menggunakan kriteria dan pembobotan
kriteria.
5. Memilih alternatif dengan nilai tertinggi untuk
pencapaian tujuan.
c. Pengambilan keputusan individual. Ialah pembuatan
keputusan yang dilakukan sendiri oleh pengambil keputusan tanpa
mengikutsertakan orang lain. Keuntungan pembuatan keputusan individual,
prosesnya cepat, lebih ekonomis dan tepat dalam keadaan krisis. Akan tetapi,
teknik pembuatan keputusan ini dapat menimbulkan konflik ketika keputusan dilaksanakan.
d. Pembuatan keputusan kelompok. Ialah pembuatan
keputusan yang dilakukan dalam kelompok. Teknik pembuatan kelompok dapat
dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut :
1. Mencari ide
(brainstorming).
2. Teknik kelompok
nominal (nominal group technique).
3. Teknik Delphi
(Delphi technique).
4. Teknik demokrasi.
Jenis
Pembuatan Keputusan
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
·
Pembuatan Keputusan Individual
|
·
Dapat dilakukan dengan cepat
·
Cocok untuk situasi krisis
·
Yang bertanggung jawab jelas
|
·
Menimbulkan ketidakpuasan di
kalangan staf
·
Dapat menimbulkan konflik ketika
dilaksanakan
|
·
Pembuatan Keputusan Kelompok
|
·
Menyediakan informasi lengkap
·
Menciptakan lebih banyak
alternatif
·
Meningkatkan penerimaan solusi
·
Meningkatkan legitimasi
|
·
Memerlukan waktu lama
·
Sering didominasi oleh kelompok
atau orang yang kuat
·
Tekanan untuk sepakat
·
Ambiguitas mengenai siapa yang
harus bertanggung jawab atas keputusan
|
e. Pembuatan
keputusan terprogram (programmed decision). Yaitu pembuatan keputusan yang
dapat dilakukan dengan menggunakan standar prosedur operasi rutin. Ciri dari
pebuatan keputusan terprogram adalah
sebagai berikut :
·
Programnya terstruktur artinya
problrmnya sederhana dan informasinya tersedia lengkap.
·
Problem dan proses pembuatan
keputusannya sudah berulang-ulang terjadi sehingga sudah dapat diperhitungkan
dan mempunyai pengalaman menyelesaikan.
·
Organisasi sudah mempunyai prosedur
operasi standar, peraturan dan kebijakan untuk membuat keputusan.
Di perusahaan, contoh dari pembuatan keputusan
terprogram adalah menyelesaikan keluhan pelanggan dan menghadapi pemogokan
karyawan. Bagi bisnis pelanggan adalah raja yang menentukan keputusan mengenai
produk, harga, promosi dan distribusi produk untuk menciptakan kepuasan
pelanggan yang tinggi. Perusahaan yang bonafit umumnya mempunyai prosedur
pembuatan keputusan untuk melayani keluhan pelanggan. Pemogokan karyawan telah
diatur dalam UU Ketenagakerjaan dan peraturan menteri mengenai penyelesaian
perselisihan pemburuhan. Disisi lain perusahaan yang sudah mapan, mempunyai prosedur
menangani pemogokan karyawan. Oleh karena itu, jika terjadi pemogokan karyawan,
diselesaikan melalui peraturan dan prosedur tersebut. Pembuatan keputusan
terprogram sebagian besar dilakukan oleh manajemen bawah dan manajemen tengah
dan hanya sebagian kecil dilakukan oleh manajer puncak.
f. Pembuatan
keputusan tidak terprogram (non programmed decision) ialah pembuatan keputusan
yang problemnya unik, belum pernah terjadi. Informasi mengenai problem belum
tersedia atau sedikit, peraturan, kebijakan, prosedur operasi standar untuk
membuat keputusan belum ada. Jika menghadapi situasi seperti itu pemimpin atau
manajer perlu menyusun suatu proses pembuatan keputusan yang unk untuk
menyelesaikan problem yang dihadapi.
BAB
IV
KESIMPULAN
Perilaku gaya
kepemimpinan dalam pengambilan keputusan ada 4 terdiri dari instruksi,
konsultasi, partisipasi, dan delegasi. Pada umumnya, pemimpin cenderung
menggunakan perilaku partisipasi dalam kepemimpinannya karena dianggap lebih
efektif yang dapat menunjang kinerja perusahaan. Akan Tetapi, tidak semua pemimpin
menerapkan perilaku gaya dasar kepemimpinan yang partisipasi, karena tergantung
pada situasi yang dihadapi. Dalam pengambilan keputusan, terdapat model
pembuatan keputusan yang terdiri dari 6 langkah terdiri dari : mengidentifikasi
dan menganalisa problem, mengidentifikasi alternatif-alternatif solusi,
mengevaluasi alternatif-alternatif, membuat keputusan (memilih satu alternatif
terbaik), melaksanakan keputusan dan mengevaluasi hasil serta memberikan
balikan.
DAFTAR PUSTAKA
Thoha,
Miftah. 1983. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada